"Saat ini masih dalam tahap penelitian dan percobaan. Sedangkan berasnya masih belum diproduksi karena kami masih menunggu dari pihak kampus dulu," kata Dekan Fakultas Pertanian (FP) Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur Dr Sudarminto di Malang, Sabtu (20/2/2016).
Sudarminto mengemukakan, yang dimaksud beras tiruan itu bukan beras palsu yang terbuat dari plastik yang sempat heboh beberapa waktu lalu. "Beras tiruan yang masih dalam taraf penelitian dan percobaan itu akan segera diproduksi dan memiliki rasa serta tingkat gizi yang bervariasi, tergantung bahan baku dan takaran gizinya," tegasnya.
Menurut dia, beras tiruan yang nanti diproduksi dan beras asli itu sama-sama bergizi, namun memiliki harga yang berbeda. Beras tiruan itu nanti diperkirakan harga jualnya lebih ekonomis (murah) daripada beras asli. Bahan beras tiruan ini beraneka macam, bisa dari singkong, sagu, terigu, ubi, jagung dan beberapa bahan lainnya.
"Pastinya menggunakan bahan asli dari hasil bumi dan bahan-bahan tersebut tidak mengurangi nilai protein dan gizi dari beras tiruan tersebut," ujarnya.
Kelebihan beras tiruan karya mahasiswa FP UB ini, lanjutnya, konsumen mampu mengukur sendiri nilai gizi dan protein yang mereka inginkan, sebab konsumen bisa memformulasikan sendiri sesuai keinginan. "Komposisi bahan yang akan dimasak bisa disesuaikan dengan keinginan dan selera konsumen, pokoknya lebih fleksibel," ucapnya.
Menyinggung kapan beras tiruan berbahan baku berbagai komoditas pangan seperti singkong, sagu, terigu, maupun jagung tersebut, Sudarminto mengaku masih menunggu kebijakan dari kampus (rektorat). "Yang pasti kami sudah siap karena hasil penelitian dan percobaannya tinggal mematangkan dengan komposisi yang paling ideal untuk konsumen," pungkasnya.
[Sumber]